NUMDNESS (bagian 3)
Putri menutup mata dengan lengannya dan menangis. Mengingat apa yang kulakukan kepada ibunya, ayah tirinya dan juga adiknya. Walaupun kejadian di mimpi itu berbeda dengan kejadian yang dialaminya dihari kecelakaan itu, mimpi itu tetap saja mengingatkannya pada penyesalannya.
Sekarang Putri terbaring dirumah sakit tanpa siapa pun, tanpa keluarga maupun Zahra. Dia bahkan tidak tahu apakah Zahra baik-baik saja. Jarum jam sudah mengarah pada pukul 22.45 WIB. Tiba-tiba suasana terasa sangat sepi dan sunyi. Putri mulai mendengar suara-suara aneh. Suara tangisan, teriakan, rintihan dan suara tawaan pada saat yang bersamaan. Ruangan itu berubah menjadi berbeda. Lampu terus berkedip, bau busuk mulai tercium. Putri melihat di sekelilingnya. Putri ingin pergi meninggalkan ruangan tersebut namun usahanya sia-sia. Ditengah usahanyau ntuk bergerak tiba-tiba berdiri sosok perempuan, sosok pria serta sosok anak kecil.
Sosok-sosok itu berlumuran darah. Putri berusaha untuk berteriak dan meminta tolong tetapi bibirnya terkatup rapat tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun.
Hembusan udara di dalam ruangan itu semakin tak karuan. Bau busuk semakin tidak tertahankan. Banyak lalat-lalat dan serangga berterbangan dimana-mana.
Rasa takut menyelimuti Putri, tubuhnya tidak bisa melakukan apapun. Dia hanya terbaring, terbujur kaku di atas kasur rumah sakit. Ketiga sosok itu berjalan mendekat dan berdiri mengelilingnya. Wajah sosok wanita yang menghantui kembali muncul tapi kali ini wajah wanita itu sudah berbeda. Wajahnya terlihat membengkak. Kulitnya seperti akan meluruh, darah terus keluar dari luka tusukan di perutnya. Namun ekspresi kesedihan dan tatapan suram yang mendalam masih tetap sama. Wanita itu berjalan mendekat. Matanya merah meneteskan darah. Putri tidak tahu apa yang harus ia lakukan, takut, panik, badan gemetar, tubuhnya terasa dingin dan air matanya menetes. Satu- satunya hal yang bisa ia lakukan adalah mengedipkan mata yang terus saja meneteskan air mata. Wanita itu semakin mendekat, wanita itu membungkuk dan hendak membuka mulutnya. Tiba-tiba handphone ku berdering dan tubuhku mulai bisa bergerak. Putri tidak mengiraukan handphonenya yang sedang berdering. Putri langsung berlari melewati lorong-lorong rumah sakit. Putri berlari, terus berlari. Putri menoleh kebelakan namu wanita itu berdiri tidak jauh dibelakangnya. Putri terus belar. Putri bahkan tidak bisa merasakan langkah kakinya terus berlari dan napasnya berhembus tidak karuan. Entah bagaimana tidak ada satupun orang dirumah sakit itu. Hanya ada suara tangisan dan rintihan yang terdengar dari kamar-kamar yang dilalui. Berlari dan terus berlari, Putri menoleh kebelakang, wanita itu sudah tidak terlihat lagi. Putri berhenti dan mencari lorong menuju lift. Setelah berlari beberapa saat akhirnya Putri berdiri di depan lift. Dengan cepat Putri mencoba membuka pintu lift namun Putri terkejut melihat wanita itu berdiri di dalam sana. Putri berlari mencari tangga. Setelah sampai di tangga wanita itu tiba-tiba muncul dan berteriak “kamu matiii!!!” suara teriakan itu sangat keras dan nyaring membuat Putri kehilangan kesadaran dan terjatuh ditangga.
Putri terbaring setengah sadar dengan wajah menghadap ke langit-langit platform. Putri terdiam sejenak menahan rasa sakit dengan napas terengah-engah. Tiba-tiba wanita itu mencul tepat diatas wajah putri, menatap dan membuka mulutnya. Tanpa Putri sadari mulutnya terbuka dengan sendirinya setelah itu wanita itu memuntahkan sesuatu kedalam mulut Putri. Tiba-tiba semuanya menjadi gelap.
Waktu seolah berputar kembali pada saat dimana Putri dan Zahra bertengkar di tempat mereka bekerja. Setelah bertengkar Putri dan Zahra pulang dengan perasaan marah. Sebelum pulang kerumah Putri memutuskan untuk pergi ke sebuah taman dimana Putri dan ibunya dulu bermain. Banyak orang disana, mereka bermain bersama teman, pacar dan keluarga. Putri merasa sangat kesepian. Putri duduk disebuah kursi taman. Air mata mengalir tanpa ia sadari. Putri melambaikan tangan dan satu mobil taxi berhenti. Setelah beberapa saat Putri pulang dengan menaiki taxi. Putri pun langsung masuk ke dalam mobil. Sopir taxi itu bertanya,
Sopir taxi: kearah mana mbak?
Putri: Jln. melati no. 17 pak.
Sopir taxi: Baik, Mbak.
Mobil pun mulai berjalan. Putri melihat kedepan sehingga Putri melihat wajah sopir taxi dari kaca mobil. Putri tidak begitu tertarik untuk melihat wajahnya. Jalan sangat sepi dengan lampu jalanan yang tidak begitu terang. Putri melihat handphonenya namun tidak ada yang menarik baginya. Sehingga Putri memalingkan wajah dan kembali melihat ke jalan dari pintu mobil. Putri merasa aneh dengan jalan yang dilalui. Jalan itu sangat sepi.
Putri: Pak ini bukan jalan kerumah saya.
Sopir taxi: Ini jalan yang benar mbak. Ini jalan pintas yang biasa saya lalui, mbak tenang.
Putri: Bisa putar balik saja ga pak. Jalan ini sangat sepi dan tidak terlihat seperti jalan yang bisa dilalui mobil.
Sopir taxi: ……(tersenyum)
Putri: Pak tolong putar balik (sambil mencoba membuka pintu mobil). Pak tolong hentikan mobilnya!!
Sopir taxi: Mbak tenang aja. Ini jalan yang benar kok, jalan menuju surga hahaha….
Putri: Buka pintunya!! Jika tidak saya teriak (terus mencoba membuka pintu mobil).
Sopir taksi itu akhirnya menoleh kebelakang tatapannya sangat menakutkan. Dia memegang pisau ditangannya. Dia mulai menyerangku dengan mencoba menusukku. Secara tidak sadar Putri menahan seranganya dengan kedua tangannya. Namun karena perbedaan gender, Putri gagal menahan tikaman itu dan akhinya berhasil mengenai perutnya. Walau dengan menahan rasa sakit Putri mencoba meraih pepper spray dari dalam tasnya dan kemudian Putri semprotkan ke supir taxi itu dan kemudian menendangnya. Sopir taxi itu mengerang kesakitan, Putri mengambil kesempatan itu untuk membuka kunci mobil dan berhasil keluar. Putri berlari dengan darah yang terus mengalir dari luka tikaman. Supir taxi berlari mengejar, dia terlihat sangat marah dan tatapannya terlihat sangat ingin memotong tubuh Putri menjadi ratusan potongan. Langkah Putri semakin melambat tak ia sadari ternyata supir taxi itu sudah sangat dekat dibelakang.
Putri berlari dan terus melihat kebelakang sehingga kakinya menabrak sesuatu dan terjatuh. Supir taxi itu menangkapnya dan berkata “mau lari kemana kau, jalang sialan?!” ucap supir taxi itu dengan kemarahan. Dia mulai mencekik putri. “Apa yang kau inginkan? Kenapa kau melakukan ini?” tanya Putri dengan napas yang terengah- engah ia kesulitan bernapas. Supir taxi itu menjawab “aku tidak perlu menjawab pertanyaan seseorang yang sebentar lagi akan mati”. Dia tertawa dan berkata “aku sangat menyukai tatapan orang-orang yang sebentar lagi akan mati”. Aku menyadari bahwa laki-laki ini adalah maniak spikopat!.
Putri berusaha melawan tetapi supir taxi itu menangkap tangannya dan berkata “ohh lihat jari-jari yang indah ini akan lebih indah lagi jika mereka bermekaran seperti bunga” setelah itu dia mematahkan jari-jari Putri satu persatu. Putri merasakan rasa sakit yang sangat tidak tertahankan. “Aagrrrrrr….” Teriaknya. Tidak ada seorangpun ditempat itu. “ckckckc lihat mulut dan wajah yang rupawan itu. Kau pasti meranyu banyak lelaki dengan wajah ini kan, jalang!!”ujarnya dengan kemarahan dan tawaan. “tolong lepaskan aku. Aku berjanji tidak akan melapor pada poli..” sebelum Putri menyelesaikan kalimatnya, Putri menerima pukulan yang keras diwajahnya. Pukulan demi pukulan sampai Putri mulai kehilangan kesadaran. Supir taxi itu kembali berbicara “tunggu dulu sayang, jangan mati secepat itu”. Ia berjalan menuju mobil dan mengambil sebuah pisau yang ia gungakan untuk menikam Putri sebelumnya. Putri menggunakan seluruh tenaga yang Putri punya untuk melarikan diri dengan merayap. “lihat jalang ini ckckcck. Dia berusaha sangat keras untuk kabur dariku, sama seperti perempuan lain yang mencoba kabur dariku hahahaha”. Dia berjalan ,mendekat dan akhirnya pisau itu kembali menikam bagian abdomen Putri. Satu tikaman, dua tikaman, tiga tikaman. Putri tidak dapat menghitung berapa banyak tikaman yang ia terima sampai akhinya Putri tidak merasakan apapun. Tubuhnya sudah tidak dapat lagi merasakan rasa sakit, penglihatannya perlahan hilang. “Sepertinya aku akan menemui kalian, ibu” ucapku dalam hati sebelum akhirnya Putri benar-benar mati.
Supir itu akhinya berhenti menikam. Ekpresi wajah puas sangat jelas diwajahnya yang dipenuhi percikan darah. Ia berjalan menuju mobilnya dan membawa sebuah karung dan memasukan tubuh tak bernyawa Putri kedalam karung tersebut. Ia berjalan dan menyeret karung berisi tubuh Putri menuju hutan. Ia berjalan kira-kira 20 menit lamanya dan akhinya berhenti di sebuah danau kecil. Walaupun cahaya tidak begitu terang namun terlihat beberapa benda yang mengapung diatas permukaan air danau. Supir taxi itu tertawa. “Disinilah tempat kalian berada jalang-jalang busuk” ucapnya. Lalu ia melemparkan karung berisi mayat Putri ke dalam danau tersebut.
Setelah karung itu jatuh kedalam air, putri mendengar bisikan “teruslah hidup”. Setelah itu Putri membuka mata dan kembali pada saat dimana hantu wanita memuntahkan sesuatu kedalam mulutnya di tangga rumah sakit. Putri akhinya menyadari bahwa wanita yang selama ini dilihatnya adalah dirinya sendiri. Dia telah mati dan tidak bisa menerima kenyataan itu. Putri terus menciptakan kehidupan yang dijalaninya meskipun dengan kesedihan karena perkataan ibunya disaat kecelakan terjadi satu tahun yang lalu. Putri membohongi dirinya sendiri dan hantu dirinya terus mencoba mengingatkannya bahwa ia sudah mati. Semua kejadian yang menimpanya mulai dari kejadian di taman bermain, sampai dirumah sakit adalah ilusi kehidupan yang Putri ciptakan sendiri dan wanita yang ia lihat adalah dirinya sendiri.
Putri berjalan sambil menangis. Ia berjalan menuju kamar tempat ia dirawat sebelumnya. Putri melihat handponenya dan banyak panggilan tidak terjawab dari Zahra. Putri mengambil handphonenya dan melihat banyak sekali pesan dari Zahra. Putri membuka dan membaca pesan-pesan itu pesan.
Pesan 1: “kamu kemana put?
Pesan 2: Putri kamu kemana, kenapa kamu ga masuk kerja. Dengar, Putri minta maaf soal pertengkaran kita di malam itu. Tolong maafin aku. Tolong jawab telpon dan pesan-pesanku.
Pesan 3: put kamu kemana sih?. (masih banyak pesan lagi)
Putri menyadari temannya Zahra yang hilang itu tidak lain adalah dirinya sendiri. Putri membaca pesan itu sambil tak henti-hentinya menangis. Tubuhnya tersungkur lemah tidak berdaya. Beberapa saat kemudian ketiga sosok yang sebelumnya muncul di hadapannya kembali menampakkan diri. Tubuh mereka perlahan-lahan berubah dan akhinya Putri mengenali mereka. Mereka adalah ayah, ibu dan adiknya Radit. Arwah ibunya berkata:
Ibu: Sayang, ayo kita pergi.
Radit: ayo kak.
Putri: Maafin Putri, gara-gara Putri kalian…
Ibu: Tidak apa-apa sayang. Apapun yang terjadi ibu tetep sayang putri, di dunia ini maupun di dunia kita yang baru.
Putri akhinya bisa tersenyum. Beberapa saat kemudian tampak sebuah cahaya terang.
Ibu: Sayang kita pergi (mengulurkan tangannya).
Putri mengangkat tangannya. Ia berhenti sejenak dan berkata,
Putri: Bu, ada sesuatu yang harus aku urus dulu. Bisakah kalian menungguku sebentar?”. Mereka hanya mengangguk dan tersenyum.
Hari berikutnya, ahwah Putri pergi ke apartemennya dan mendapati rumahnya dilingkari police line. Kemudian ia menemui Zahra dirumahnya. Dia hanya bisa melihat Zahra dengan tubuh yang tidak bisa dilihat oleh mata manusia. Terlihat Zahra masih sangat sedih. Tiba-tiba handphone Zahra berdering. Orang yang menghubungi Zahra adalah detektif yang menangani kasus hilangnya dirinya.
Zahra: Halo, bagaimana pak?. Apakah ada informasi baru lagi soal kasus Putri?
Detektif: Kami menemukan rekaman cctv yang menunjukkan Putri pergi ke sebuah taman.
Setelah itu Putri pergi menaiki taxi. Tim kami sudah mendapatkan identitas. pengemudi taxi tersebut. Kami akan mencari pengemudi taxi tersebut.
Zahra: Baik pak.
Zahra menutup telephonnya dan berkata “akhirnya ada infomasi tentang kamu Put. Kamu dimana sekarang”
Disebuah dipersimpangan jalan, terdapat sebuah mobil taxi parkir disana. Di dalamnya ada seseorang yang sedang mengonsumsi benda terlarang. Dia adalah Agung si pembunuh Putri. Agung mengisap benda terlarang itu dan melihat sekelilingnya seolah mencari mangsa. Agung menjalankan taxinya dengan pelan hingga akhirnya ia melihate sorang gadis sedang berjalan sendirian. Dia senyum jahat dan keluar dari mobil lalu berjalan menuju gadis tersebut, dari belakang Agung bertanya,
Agung: Mau kemana mbak?
Gadis: mau pulang (berbicara tanpa menoleh)
Agung: Barang kali mbak butuh tumpangan. Bahaya pulang sendiri malam-malam begini mbak.
Gadis: Saya sudah terbiasa jalan kaki sendiri pak.
Agung: Tapi mbak baiknya mbak naik taxi saya saja. Ayo mbak.
Gadis: Tidak usah pak.
Raut wajah Agung berubah, ia terlihat marah ajakannya ditolak oleh calon mangsanya. Agung melihat disekitarnya dan tidak ada seorangpun di sekitar tempat itu. Lalu Agung mencoba menyentuh pundak gadis itu. Setelah gadis itu menoleh betapa terkejutnya ia menemukan wajah gadis itu seperti wajah gadis yang pernah ia bunuh yaitu Putri. “Kenapa kau terkejut melihat wajahku?. Bukankah kau mengenal wajah ini?. Wajah orang yang kau bunuh dengan keji” Ucap hantu itu. Agung berlari menuju mobilnya. Ia menutup dan mengunci pintu mobil. Napasnya berhembus tidak karuan. “sial!! Mana mungkin wanita jalang itu jadi hantu!” ucapnya tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. Agung terus melihat kedepan. Tibat-tiba Agung melihat lalat dan serangga berterbangan didalam mobilnya disusul bau busuk yang sangat pekat. “Kau tidak akan bisa lari dariku”. Agung mendengar suara bisikan dari belakang. Agung mencoba keluar dari mobil namun tidak bisa. “kau akan mati” tiba-tiba Agung tidak bisa bernapas seperti seseorang sedang mencekiknya. Agung berteriak “pergi kau setan jalang”. Setelah itu Agung kembali bernapas dengan normal. Agung bergegas pergi.
Keesokan harinya, Agung bangun dan mendapati dirinya terbungkus sebuah karung. Ia diseret dan dilemparkan kedalam air. Ia tersesak dan tidak bisa bernapas. Agung berusaha melepaskan diri dan akhirnya ia terbangun dari tidurnya. Hal yang baru saja ia alami adalah mimpi buruk. Meskipun masih terkejut dengan mimpi yang ia alami, Agung pergi ke kamar mandi. Agung memutar keran air dan air yang keluar berwarna merah dengan bau darah. Agung takut dan kerkejut yang menyebabkan ia terjatuh. Kepalanya terbentur sebuah benda yang mengakibatkan hampir kehilangan kesadaran. Arwah Putri menampakkan dirinya dan hendak membunuh Agung namu “ting..tong..” suara bel rumah berbunyi. “tolongggg!!!” Agung berteriak meminta tolong.
Orang yang menemui Agung adalah Zahra dan detektif yang menangani kasus hilangnya Putri. Zahra dan detektif mendengar teriakan Agung dan segera mendobrak pintu. “disini, dikamar mandi” teriak Agung kembali. Beberapa saat kemudian, Agung dibawa ke kantor polisi. Agung tidak mengakui perbuatannya kepada polisi, ia berkata bahwa ia menunggu pengacaranya. Polisi memberikan hak tersebut. Polisi menahan Agung di dalam sebuah ruangan. Agung duduk disebuah ruangan. Di dalam ruangan tersebut hanya ada dirinya sebuah meja dan kursi kosong. “Apa yang harus aku lakukan sekarang, jalang itu membuatku repot saja. Aku tidak akan membusuk dipenjara ini!” ucapnya dalam hati. Agung terlarut dalam pikirannya. Tanpa ia sadari ruang itu mulai berubah.
Suara tangisan dan rintihan terdengar dari sudut ruang. Bau darah memenuhi ruangan. Lalat-lalat dan serangga mulai bermunculan. Agung sangat takut pikirannya mulai kacau, ia berteriak minta tolong, berlari mencoba membuka pintu namun pintu itu terkunci rapat. Arwah-arwah perempuan yang Agung bunuh mulai bermuculan. Mereka menangis, marah dan hati mereka dipenuhi dendam “akui perbuatanmu atau kau akan mati bersama kami, kau tidak akan kami biarkan hidup dengan tenang” teriak mereka pada saat yang bersamaan. Agung ketakutan jiwanya seakan ingin meledak, tubuhnya tidak dapat bergerak.
Diruangan yang sama polisi menyaksikan keanehan sikap Agung. Ruangan dimana Agung berada hanya dibatasi sebuah kaca satu arah sehingga Agung tidak menyadari bahwa ada sebuah ruangan dibalik dinding yang ia lihat. Mereka membuka pintu dan mencoba menyadarkan Agung. “tolong aku, jika tidak hantu jalang-jalang itu akan membunuhku. Aku akan mengakui semuanya” ucap Agung dengan napas memburu dan darah yang mendesir dalam nadinya. Setelah itu Agung mengakui semua perbuatannya. Agung juga menceritakan bagaimana dan dimana ia membuang tubuh Putri dan tubuh korban yang lainnya.
Hari berikutnya, Zahra bersama polisi pergi ketempat dimana Agung membuang mayat Putri. Tempat itu dipenuhi udara yang tidak ingin dihirup siapapun. Mereka melihat karung-karung mengapung di tengah danau. Karung itu dikerumuni lalat dan serangga yang menuai bau busuk.
Mereka membuka karung-karung tersebut satu persatu. Polisi membuka satu karung dan Zahra mengenali mayat tersebut walaupun wajahnya sudah tidak dapat dikenali. Zahra mengenali pakaian yang dikenakan oleh jasad tersebut. Jasad tersebut menggunakan pakaian yang sama dengan pakaian yang dikenakan oleh Putri dimalam itu. Zahra hanya bisa menangis dan menyesali pertengkarannya dimalam itu. Hari berlalu hingga Putri selesai dimakamkan. Kini Agung berada dalam penjara. Setelah ia mengaku ahwah Putri tak pernah menghantui lagi. Walaupun berada dalam perjara Agung merasa tenang. Namun malam pukul 00.01 Agung terbangun dan melihat lampu terkedih, serangga dan lalat mulai mengerubungi tubuhnya, arwah Putri kembali muncul dan membunuhnya sama seperti Agung membunuhnya, mematahkan jari-jarinya, menikamnya tanpa henti. Hanya terdengar suara teriakan dan darah yang mengalir dari dalam ruang tahanan. Arwah Putri meneteskan air mata melihat jasad Agung. Beberapa saat kemudian sebuah cahaya putih muncul dari dinding tahanan. “maaf membuat kalian menunggu, ibu” ucap Putri sambil berjalan menuju cahaya itu dan akhirnya menghilang.
~TAMAT~
Post a Comment for "NUMDNESS (bagian 3)"