Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

NUMDNESS (bagian 2)

CERITA SEBELUMNYA

Sudah satu jam berlalu setelah Putri mengirim pesan itu. Putri mengecek handphonenya namun tidak ada balasan dari Zahra. Putri menghela napas dengan rasa khawatir. Putri terdiam sejenak dan melihat keluar. Putri terkejut karena kembali melihat wanita yang ia lihat dimalam itu. Kali ini wajahnya terlihat sangat jelas. Wajahnya sangat pucat dengan banyak bercak luka, matanya merah dan meneteskan darah. Badannya penuh luka, Putri melihat ada luka seperti luka tusukan diperut wanita itu. Luka itu terus mengeluarkan darah. Badannya basah kuyup dan rambutnya yang berantakan meneteskan air. Wanita itu mengangkat tanggannya dan menunjuk kearah Putri. Tanpa sadar Putri berteriak sangat keras sehingga membuat semua pandangan orang-orang tertuju padanya. Napas memburu, jantung terasa sesak dan badan gemetaran, penglihatannya mulai memudar.


Fela: Put…Put..Putri!. Kamu kenapa Put.

Putri mendengar suara samar-samar. Sampai beberapa saat suara itu semakin jelas terdengar. Suara itu tidak lain berasal dari Fela yang terlihat panik.


Fela: Kamu kenapa Put?

Putri: Wanita…aku meliat wanita menyeramkan disana (sambil menunjuk kearah wanita itu menunjukan dirinya)

Fela: Ga ada siapa-siapa disana put

Anehnya wanita itu sudah tidak ada disana.

Putri: Tadi ada fel, ada wanita berlumuran darah berdiri disana.

Fela: Ga ada apa-apa disini, ga ada darah juga disini (sambil berjalan keluar menuju tampat yang aku tunjuk). Ini pasti karna kamu lagi ga enak badan. Kenapa kamu ga kedokter aja Put. Wajah kamu pucat banget. Aku anterin ke dokter ya.

Putri: Ga perlu, mungkin aku halusinasi aja. Aku ke toilet dulu mau cuci muka. 

Fela: Kamu yakin gapapa?

Putri: uhmm…. (mengganggukan kepala)


Putri berjalan menuju toilet dan membasuh wajahnya dengan air. Tiba-tiba terdengar suara tangisan perempuan dari dalam salah satu wc. Putri berjalan menuju wc tersebut sambil bertanya “hallo, mbak gapapa?”. Tapi tidak ada jawaban dari dalam sana. Langkah kaki Putri semakin dekat dengan wc tersebut. Putri melihat ke bawah pintu dan melihat darah mengalir dari dalam. Dari dalam tercium bau busuk yang sangat menyengat. Putri semakin panik dan takut. “Mbak…mbak…apa yang terjadi disana?. Mbak buka pintunya!!” teriakku sambil mencoba membuka pintu wc tersebut. Suara tangisan tersebut tiba-tiba berhenti dan pintu akhinya mau terbuka. Putri membuka pintu dengan rasa panik dan rasa takut bercampur aduk. Putri melihat seorang wanita duduk diatas jamban dan menundukan kepalanya. Putri bertanya “mbak kenapa mbak?” sambil mencoba meraih pundak wanita itu. Putri kembali bertanya “mba…?!!!” sebelum Putri menyelesaikan ucapanku wanita itu melihat kearahnya. Dia menunujuk kearahku dan berkata “kamu mati…..” wanita itu terus bergerak maju. Putri berteriak, badannya gemetar dan kakinya terus melangkah mundur seluru tubuhnya terasa mati rasa. Wanita itu adalah wanita yang sama yang baru saja Putri lihat!!. Wanita itu terus maju. Banyak sekali lalat dan serangga yang mengerumuni tubuh wanita itu. Tubuhnya lemah, ia tidak dapat mengatakan sepakat katapun seolah terkunci dan tidak bisa menguluarkan kata- kata. Tangan wanita itu semakin dekat. Matanya tertuju pada tangan wanita itu. Jari-jari tangan itu bengkok kebelakang seperti dipatahkan dengan ditarik kebebelakang. Langkah kaki terus mundur, Putri mencoba berteriak namun usahanya sia-sia. Sampai akhinya kakinya tersandung dan terjatuh membuatnya hilang kesadaran. Wanita itu membisikan “kamu mati…”. Setelah itu Putri benar-benar kehilangan kesadaranku.


Putri membuka mata dan untuk mencoba menggerakan badan.

Fela: Kamu udah bangun put? 

Putri: Aku dimana?

Fela: Kamu dirumah sakit Put. Aku dengar kamu teriak di toilet. Setelah aku sampai disana dah terbaring pingsan. Kamu kenapa sih put. Kamu aneh banget hari hari ini?.

Putri: Tadi aku liat wanita itu lagi di toilet fel. Aku liat wanita itu udah tiga kali fel.

Wajahnya serem banget. Dia bilang “kamu mati”

Fela: itu cuma halusinasi kamu doang. Aku ga lihat apa-apa di toilet. Kalo memang ada

orang pasti aku ketemu dia pas aku cek kamu tapi aku ga ketemu siapaun Put.

Putri: aku ga bohong, fel. Beneran ada orang disana. Tunggu….itu bukan orang 

Fela: Siapa? Setan?. Aduh Put jaman sekarang ga mana ada setan.

Putri: tapi…

Fela: Udah ah, itu cuma halusinasi kamu aja. Ini pasti efek kamu lagi ga sehat. 

Putri: Uhm….

Putri memutuskan untuk tidak melanjutkan pembicaraan itu karena Putri tahu walau bagaimanapun Putri menjelaskannya dia tetap tidak akan percaya. Putri kembali teringat soal Zahra dan Putripun bertanya,


Putri: Btw kamu udah dapat dari Zahra belum?

Fela: Aku udah coba menghubungi dia tapi tetap ga ada respon. 

Putri: uhm… Aku harap dia baik-baik aja.


Seorang suster masuk keruangan dan memanggil wali untuk melengkapi adminitrasi rumah sakit. Fela pun pergi bersama suster tersebut. Kini Putri sendirian diruangan tersebut. Putri kembali mencoba menghubungi Zahra. Putri sangat khawatir dengannya. Putri terus menelpon Zahra tapi dia tetap tidak menajawab telponku. Putri meninggalkan pesan. “Zar tolong hubungi aku jika kamu baca pesan ini, aku khawatir bangat sama kamu. Siapa nama temen kamu yang ilang itu, mungkin aku bisa bantu kamu.” Itulah pesan yang Putri tinggalkan untuk Zahra. Setelah meninggalkan pesan tersebut ia memutuskan untuk tidur. Beberapa saat kemudian Putri melihat kejadian satu tahun yang lalu yaitu kejadian kecelakaan itu. Hari itu Putri ingin pergi menemui temen- temennya. Ibu sangat melarang keras Putri berhubungan dengan temen- temennya jadi Putri memutuskan untuk pergi secara diam-diam. Akan tetapi ibunya mengehetahui recananya, dan berkata:


Ibu: Putri, mau kemana kamu?

Putri: A..anu bu aku mau pergi ke mall bareng Zara bu.

Ibu: Bohong kamu, kamu mau ketemu temen-temen berandalan itukan. Sudah berapa kali ibu bilang mereka itu ga baik buat kamu Putri. Mereka itu berandalan, pergaulan mereka ga sehat. Ibu gamau kamu berteman sama mereka.

Putri: Bu, please stop ngurusin hidup aku. Semua yang mau aku lakuin selalu salah dimata ibu. Aku ga boleh ini ga boleh itu. Aku capek bu. Aku tuh tau mana temen yang baik buat aku. Semenjak ibu nikah dengan orang itu ada Radit ibu selalu marah-marah sama aku.

Ibu: Bicara apa kamu?!

Putri: Ibu udah ga sayang sama aku lagi kan. Ibu selalu membandingkan aku dengan Radit, anak ibu dengan suami tercinta ibu. Urusin aja si Radit anak kesangan ibu, ga usah ngurusin aku.

Ibu: Putri!!! (mengangkatkat tangannya dan menampar putri) 

Putri: Agh…. Bu… (memegang pipi)

Ibu: Maafin ibu, ibu ga sengaja

Putri: Aku benci ibu!!! (menangis dan bergegas lari lalu pergi meninggalkan rumah, saat itu hujan lebat petir dan guntur bergejolak dilangit).

Ibu: Put….Putriiii!! (berteriak) maafin ibu nak


Teriakan ibu membuat ayah dan Radit menghampiri ibu 

Ayah: ada apa, bu?. Putri pergi kemana?

Ibu: Dia pergi ketemu teman-temennya yang berlandalan itu (sambil menangis)

Ayah: Pergi ditengah malam dan hujan begini?. Bahaya sekali untuk anak gadis pergi sendirian apalagi hujan begini.

Ibu: Ayo kita cari dia

Ayah: Ga usah, biar ayah aja yang pergi. Ibu dirumah aja jagain Radit. 

Ibu: Tapi yah, ibu juga mau pergi cariin putri

Radit: Iya yah. Radit juga mau ikut cari kak Putri. 

Ayah: ya sudah ayo kita pergi.


Mereka bergegas mengambil kunci mobil dan pergi mencari Putri. Berapa saat kemudian mereka menemukan Putri berjalan dibawah hujan yang sangat deras. Mobil itu menepi dan dan ayah, ibu dan Radit mengajaknya untuk pulang namun Putri menolak. Ibu dan Putri kembali bertengkar. Putri berlari menjauh. Ayah dan ibu tidak bisa meninggalkan Radit di dalam mobil sehingga mereka kembali kedalam mobil dan menyusul. Putri terus berlari. Beberapa saat kemudian Putri mendengar klakson sebuah truk di belakang dan seperti menabrak sesuatu. Putri menoleh kebelakang dan melihat mobil ibu sudah terbalik. Putri melihat ibunya terbaring dengan dengan wajah penuh luka. Putri melihat bibir ibuya mencoba mengucapkan sesuatu. Sebelum akhirnya mobil itu meledak. Putri menangis dan tersungkur, tubuhnya membatu. Putri mencoba mengartikan gerakan bibir ibunya dan kata yang ibu ucapkan adalah “maafin ibu, ibu sayang kamu”. Putri berteriak sampai akhir hembusan napas. Air matanya mengalir deras bahkan lebih deras dari tetesan air hujan. Mobil itu terbakar hebat bahkan air hujan tak bisa memadamkan api tersebut. Dibalik api yang menyala Putri kembali melihat wajah wanita menyeramkan itu dan menunjuk tangannya dan berteriak “kamu mati!!” teriakan itu sangat nyaring membuatnya menutup telinga dan memejamkan mata. Beberapa saat kemudia Putri membuka mata. Putri sadar bahwa semua yang terjadi hanyalah mimpi. Putri terbangun dengan napas yang memburu dan tak aku sadari air mataku menetes begitu saja.

BERSAMBUNG

Identitas pengarang

Nama : Magdalena Putri 

Kabupaten : Kab. Melawi 

Provinsi : Kalimantan Barat

Kategori Tulisan : Fiksi

Email: putrimagdalena116@gmail.com

*Tulisan ini adalah hasil karya peserta webinar MENULIS ITU MUDAH DAN MENYENANGKAN yang diselenggarakan oleh IGI Sampang



Post a Comment for "NUMDNESS (bagian 2)"

Template Blogger Terbaik Rekomendasi