Model Pembelajaran “PAJET PENTER” menjadikan Murid Belajar IPS dengan Riang, Ngantuk Pun Hilang
Oleh : Syarifah Hasanah, S.E, M.Pd
Situasi
IPS atau yang dikenal dengan pelajaran Ilmu Sosial merupakan salah satu pelajaran yang tidak sulit dan bukan pula pelajaran yang cenderung membutuhkan kemampuan khusus seperti pelajaran berhitung, kesenian ataupun olah tubuh. IPS dapat dikatakan sebagai mata pelajaran yang hanya membutuhkan kemampuan dasar membaca dan sedikit berhitung. Tidak jarang jurusan IPS identik dan digandrungi oleh anak-anak yang memang mengalami kesulitan di bidang berhitung atau pelajaran eksak lainnya.
Materi IPS merupakan materi yang sebagian besar berisi cerita atau hafalan. Jika tidak disikapi, maka pelajaran ini hanya akan menjadi pelajaran membosankan. Hanya murid yang memiliki semangat belajar dan tingkat kefokusan tinggi sajalah yang dapat mengikuti pelajaran IPS tanpa kendala. Selebihnya, mereka akan menyepelekan mapel ini, mengikutinya dengan separuh hati dan dapat dipastikan tidak ada hasil yang diperoleh setelah mengikuti kelas-kelas IPS. Apalagi mapel IPS seringkali berada di jam akhir pelajaran, sebuah kondisi kelas yang sering berisi murid dengan mata terpejam alias mengantuk. Kondisi-kondisi tersebut menambah daftar pelengkap predikat IPS sebagai mata pelajaran yang tidak pernah mendapat prioritas dan cenderung diremehkan.
Tantangan
Lalu apakah sebagai guru IPS saya hanya menyerah dengan kondisi yang ada? Apakah saya akan membiarkan kelas-kelas itu mati aktifitas, disuguhi pemandangan murid yang tertidur seperti dininabobokkan mendengarkan cerita dan ceramah guru? Ataukah saya akan terus saja melihat pandangan kosong mata murid dengan pikiran mengembara seolah jiwa dan raga mereka yang tidak jadi satu di kelas? Tentu saja tidak. Menghidupkan kelas yang mati, mengajar IPS dengan riang sehingga rasa kantuk murid hilang adalah tantangan bagi saya sebagai guru IPS.
Mencari solusi atas permasalahan tersebut bukanlah perkara mudah dan bukan pula perkara susah. Dikatakan susah karena saya harus mencari ide model pembelajaran yang cocok dan sesuai dengan karakter murid, kebiasaan murid dan kesesuaian dengan tema yang akan kami pelajari di kelas nanti. Dikatakan mudah karena sebenarnya kemajuan teknologi dapat menjadi solusi bagi saya untuk mencari referensi praktik baik dari guru lain, mudah mencari ilmu dari berbagai pelatihan online atau dari media sosial untuk di ATM.
Salah satu praktik baik yang pernah saya praktekkan di kelas IPS adalah pembelajaran menggunakan model bermain peran (Role Playing) yang kemudian saya beri nama “PAJET PENTER”, yaitu Pembelajaran Berdasarkan Minat Peran Terpilih. “PAJET PENTER” berasal dari Bahasa Madura yang memiliki arti “tetap pintar”. Model ini saya pilih dengan harapan berbagai permasalahan di kelas yang saya temui seperti masalah mengantuk, tidak bersemangat, kurangnya keterlibatan murid dan pelajaran yang tidak menyenangkan ini dapat teratasi.
Saya mempraktikkan Model pembelajaran PAJET PENTER ini bukannya tanpa hambatan ataupun kendala. Hambatan atau kendala yang saya hadapi diantaranya:
- Menentukan naskah/teks cerita yang sesuai dengan tema,
- Menyusun naskah/teks cerita sesuai dengan alur yang tepat dan menyesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,
- Menentukan aktor dalam setiap cerita yang ditampilkan,
- Tersedianya setting, media dan sarana prasarana pendukung cerita,
- Menentukan dan memilih aktifitas yang dapat disesuaikan dengan bakat serta minat murid.
Hambatan tersebut menjadi semakin sulit karena beberapa faktor seperti berikut:
Kemampuan murid dalam bidang literasi yang masih rendah,
Murid Kebingungan menentukan passion mereka karena semuanya harus memiliki peran dalam tampilan bermain peran sesuai tema masing-masing.
Kurangnya alat-alat pendukung yang dapat dimanfaatkan sebagai media ketika tampil,
Waktu tambahan untuk menyiapkan mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan.
Aksi:
Meskipun metode bermain peran bukanlah sesuatu yang baru, utamanya dalam mata pelajaran IPS, namun dalam praktiknya hambatan serta tantangan seringkali ditemui. Seperti penjelasan tulisan di atas, tantangan hendaknya disikapi dengan mencari solusi. Langkah konkret yang saya lakukan yaitu dengan melakukan praktik pembelajaran berdiferensiasi yang akan dipadukan dengan model pembelajaran “PAJET PENTER”. Pembelajaran berdieferensiasi merupakan kegiatan pembelajaran yang dirancang berdasarkan pada kebutuhan peserta didik. Adapun langkah-langkah yang saya lakukan dapat saya rinci sebagai berikut:
- Melakukan pemetaan atau analisis kebutuhan murid melalui asesmen diagnostik nonkognitif dan asesmen diagnostic kognitif. Hasil asesmen nonkognitif dapat memberikan gambaran gaya belajar murid, bakat dan minatnya. Sedangkan asesmen diagnostic kognitif dapat memberi gambaran sejauh mana tingkat kemampuan muird akan materi yang dipelajari nanti. Guru dapat menyimpan data tersebut sesuai hasil yang diperoleh, agar nantinya dapat dijadikan sebagai dasar untuk menyusun pembelajaran.
- Sebelum merancang secara rinci sintaks pembelajaran PAJET PENTER tersebut, saya mengumumkan hasil asesmen diagnostic yang telah dikerjakan murid, sehingga mereka memahami dan tahu karakteristik dirinya.
- Menjelaskan pada murid model PAJET PENTER di pertemuan sebelumnya
- Membentuk kelompok dengan prinsip berkeadilan, yaitu membentuk kelompok secara heterogen yang didalamnya terdapat berbagai kemampuan murid, berbagai bakat dan minat murid serta beragam karakteristik. Tujuannya, agar pembelajaran bermain peran dapat berjalan secara maksimal dimana setiap murid dapat menjalankan perannya sesuai dengan kemampuan dan bakat minatnya. Misalnya, murid yang memiliki minat menulis akan diberikan kesempatan untuk menyusun naskah cerita. Murid dengan minat membaca akan diberikan kesempatan untuk menjadi tokoh pembaca epilog, yang memiliki minat menggambar memiliki peran untuk membuat media atau mengatur setting latar cerita dan sebagainya.
- Mengajak guru mapel lain seperti Bahasa Indonesia untuk menjadi partner pembelajaran yang tugasnya mereview naskah cerita murid sesuai alur dan tata Bahasa yang baik dan benar.
- Murid memanfaatkan apa saja yang mereka temui di lingkungan pondok atau lingkungan sekolah untuk dijadikan sebagai media dan sarana pendukung acara pementasan bermain peran. Disini murid diajak untuk meningkatkan kreativitas mereka. Misalnya: kertas atau koran bekas untuk membuat topi, senjata atau alat lainnya; menggunakan kostum seadanya dengan meminjam pada teman sekolah dan pondok disesuaikan dengan kostum pendukung cerita, latar atau setting secara sederhana menggunakan alat dan media yang dimilki sekolah (vas bunga, mikrofon dll).
- Memanfaatkan waktu seefektif dan seefisien mungkin dengan merancang RPP yang disesuaikan dengan waktu yang tersedia. Praktik bermain peran tidak dapat dirancang hanya dalam satu kali pertemuan, melainkan saya rancang dalam alokasi waktu 4JP. Penentuan kelompok, penentuan tema, penyusunan naskah dilaksanakan dalam 1x pertemuan (2 JP). Adapun pelaksanaan atau pementasannya dilaksanakan pada pertemuan berikutnya dalam 1x pertemuan (2JP).
- Saya menyiapkan LKPD dalam setiap pertemuan sesuai dengan gaya belajar dan kemampuan murid. Bermain peran atau PAJET PENTER ini merupakan bentuk dari pembelajaran berdiferensisasi yaitu diferensiasi produk.
Refleksi Hasil dan Dampak:
Secara signifikan, saya dapat menilai bahwa model PAJET PENTER dengan pembelajaran berdiferensiasi dalam tema Globalisasi sangat cocok digunakan untuk pembelajaran IPS. Saya merasa puas ketika melihat murid sangat antusias dan gembira menjalani setiap peran dan bagian yang telah dipilihnya ketika bermain peran. Mereka bukan saja dapat belajar sesuai kebutuhannya, akan tetapi juga dapat meningkatkan kompetensinya sebagaimana tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan di awal pembelajaran. Secara kognitif, murid dapat menjawab berbagai pertanyaan dalam proses penilaian dan mereka terlihat sangat enjoy mengikuti setiap tahapan pembelajaran tanpa ada satupun murid yang terlihat mengantuk sebagaimana terjadi pada pertemuan-pertemuan sebelumnya.
Pada akhir pembelajaran, bukti hasil refleksi juga menunjukkan hampir serratus persen murid mengatakan sangat menyukai model PAJET PENTER, dan ini terlihat juga dari wajah murid yang sangat riang dan ceria sepanjang mengikuti pembelajaran. Meskipun demikian, saya dapat menilai bahwa masih terdapat kekurangan yang perlu diperbaiki diantaranya kurang maksimalnya mengembangkan bakat minat murid lainnya dalam PAJET PENTER. Misalnya murid dengan bakat minat menggambar tidak dapat mengeksplor bakatnya secara maksimal karena kurangnya sumber daya seperti kayu yang dapat dilukis menjadi pemandangan sehingga menghidupkan latar/setting dan bakat minat lainnya yang tidak terdeteksi serta dikembangkan secara maksimal karena ketidakmampuan saya. Dari pengalaman ini, pelajaran yang saya dapatkan yaitu perlunya saya mengajak guru lain dengan mata pelajaran berbeda untuk bersama-sama merancang model PAJET PENTER sehingga hasil pementasan dapat dinikmati oleh semua warga sekolah.
Kesimpulan:
Bagaimana, menarik bukan? Merancang pembelajaran sesuai dengan karakteristik murid memang menarik sekaligus menantang. Kita akan diberikan kesempatan untuk menggali semua potensi yang ada pada diri murid dengan mengenali karakteristik mereka terlebih dahulu. PAJET PENTER menjadi sebuah pilihan model pembelajaran yang menurut saya sangat sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran berdiferensiasi. Guru harus merancang pembelajaran berdasarkan hasil analisis yang didapatnya dalam asesmen diagnostic kognitif dan diagnostic non kognitif secara rinci dan dengan langkah (sintaks) yang masuk akal. Melalui model PAJET PENTER ini, murid dan guru sama-sama tertantang untuk merancang pembelajaran yang dapat dinikmati oleh semuanya, namun tidak meninggalkan esensi, makna dan tujuan pembelajaran yang ingin diperoleh.
Bagi rekan-rekan guru yang ingin menerapkan model PAJET PENTER ini atau model ROLE PLAYING, berikut saran yang dapat saya berikan agar pembelajaran yang dirancang menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna:
Seringlah-seringlah melihat praktik pembelajaran orang lain untuk mencari ide dan bukan menjiplak,
Perkaya ide dengan literasi dan berbagi pengalaman dengan guru lain,
Jangan tinggalkan asesmen diagnostik,
Rancanglah pembelajaran yang dapat melibatkan semua murid,
Rancanglah pembelajaran yang idenya juga bersumber dari murid,
Rancanglah pembelajaran yang sintaksnya dapat dilakukan atau masuk akal
Gunakan semua sumber daya yang ada di lingkungan sekolah yang mudah diperoleh namun relevan dengan pembelajaran, baik sumber daya manusia (misalnya guru mapel lain) maupun sumber daya pendukung lainnya,
Berikan apresiasi bagi semua murid atas partisipasi aktif mereka,
Lakukan refleksi dan meminta pendapat mereka dengan sejujur-jujurnya untuk perbaikan pembelajaran berikutnya.
Lampiran :
Sumber : Dokumen Pribadi
Youtube : https://youtu.be/0RH52HIp4vM?si=RCCGrHAGX1tkaKuY
Nama : Syarifah Hasanah, SE, M.Pd
Unit Kerja :
SMPS Puteri Attanwir Sampang
Kabupaten : Sampang
Provinsi : Jawa Timur
*Tulisan ini adalah hasil karya peserta webinar MENULIS ITU MUDAH DAN MENYENANGKAN yang diselenggarakan oleh IGI Sampang
Post a Comment for "Model Pembelajaran “PAJET PENTER” menjadikan Murid Belajar IPS dengan Riang, Ngantuk Pun Hilang"