SMKN 1 JIWAN MADIUN BERHASIL MEREFLEKSIKAN UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI LITERASI DAN NUMERASI (1)
Oleh: Marjuki
Universitas Qomaruddin Gresik
Fasilitator Program Sekolah Penggerak
Semua insan pendidikan fokus pada kompetensi literasi dan numerasi. Mengapa? Karena kompetensi literasi dan numerasi merupakan kompetensi dasar akademik dan keterampilan hidup. Jika seseorang memiliki kompetensi dasar literasi dan numerasi diharapkan dapat:
1) meningkatkan daya saing individu dan bangsa,
2) mengatasi tatangan hidup sehari-hari, dan
3) pengembangan diri dan bernalar kritis. Dalam konteks filosofis, literasi merupakan landasan bernalar kritis dan numerasi berfokus pada rasionalitas dan pemahanan kuantitatif.
Sekalipun kompetensi literasi dan numerasi sangat amat penting sekali, namun pencapaian kompetensi literasi dan numerasi anak-anak kita dalam kondisi tidak baik-baik saja. Mengapa? Ada beberapa pernyataan yang harus disikapi, yaitu: Sekarang banyak anak sekolah, tetapi sedikit yang belajar. Kita masih bingung, bagaimana memahaminya? Dalam kebingungan, kita juga melihat fakta berikut, banyak anak membaca, tetapi tidak paham apa yang dibaca. Kondisi seperti ini juga terjadi pada orang dewasa. Kita juga sering nge-share video, tetapi tidak paham isinya. Setelah dikomplain isinya kok aneh-aneh. Baru menyatakan, mohon maaf salah kirim (salkir). Ternyata orang-orsang dewasa pun banyak yang tidak paham. Hal ini juga terjadi pada kita sebagai guru.
Kondisi di atas, terkonfirmasi oleh data hasil Tes PISA _(Programme for Internasional Student Assessment),_ sebagai berikut. Kompetensi literasi siswa Indonesia pada tahun 2009, peringkat 8 dari bawah. Pada tahun 2012, peringktat 2 dari bawah. Pada tahun 2015, peringkat 8 dari bawah. Pada tahun 2018, peringkat 5 dari bawah. Hal ini menjadi bukti bahwa hasil Tes PISA rendah, bahkan terlalu rendah. Hal ini sangat miris sekali. Jadi terbukti bahwa saat ini banyak sekolah, tetapi sedikit yang belajar.
Jika masih ada yang ragu dengan hasil Tes PISA, karena instrumennya dibuat oleh orang luar negeri. Coba lihat hasil Asesmen Nasional (AN) tahun 2021. Ternyata 1 dari 2 anak belum mencapai kompetensi minimum literasi. Dengan kata lain terdapat 50% anak belum mencapai kompetensi minimum literasi. Bagaimana pencapaian kompetensi numerasi? Ternyata ada 2 dari 3 anak belum mencapai kompetensi minimum numerasi. Dengan kata lain terdapat 66,67% anak belum mencapai kompetensi minimum numerasi. Pencapaian kompetensi minimum numerasi jauh lebih rendah daripada literasi.
SMKN 1 Jiwan Madiun, selain realita hasil Tes PISA dan AN 2021, dapat juga melihat Rappor Pedidikan. Hasil rekomendasi Rapor Pendidikan, sekolah perlu melibatkan media pembelajaran untuk meningkatkan pencapaian kompetensi literasi dan numerasi sesuai dengan kebutuhan anak. Melihat kondisi tersebut pada hari tanggal 18 - 19 Nopember 2024, Ibu Mutiru, S.Pd., Kepala SMKN 1 Jiwan bergegas melaksanakan Workshop Pemanfaatan Platform Digital Dalam Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kompetensi Literasi dan Numerasi. Bersukur dapat narasumber seperti yang diinginkan. Workshop berlangsung heboh. Mengapa? Mereka belajar secara fisik maupun mental sampai akhir sesi. Mereka tampak aktusias.
Mereka berhasil merefleksikan upaya peningkatan kompetensi literasi dan numerasi di SMKN 1 Jiwan Madiun. Ada 4 parameter yang direfleksikan, yaitu:
1) Perancangan pembelajaran (Modul ajar/RPP),
2) Kemampuan mengelola kelas,
3) Program literasi dan numerasi, dan
4) Pemanfaatan platform pembelajaran.
Pertama. Perancangan pembelaiaran, baik modul ajar, maupun RPP. Untuk dapat menguak pembelajaran sengaja melatihkan kompetensi literasi dan numerasi dengan pertanyaan;
1) Apakah pembentukan komptensi literasi dan numerasi sudah dirancang dalam modul ajar dan/atau RPP?
2) Pembentukan kompetensi literasi dan numerasi muncul di mana saja?
3) Apa saja kegiatannya?
4) Bagaimana cara mengukurnya?
5) Apa langkah berikutnya?
*Kedua. Kemampuan mengelola kelas.* Untuk menguaknya melalui pertanyaan; 1) Bagaimana cara membuat kelas kondusif? 2) Bagaimana cara membuat kelas menyenangkan? 3) Bagaimana agar anak terlibat berliterasi? 4) Bagaimana cara merespon anak yang giat berlitetasi? 5) Bagaimana cara mempertahankan anak yang berliterasi?
Ketiga. Program literasi dan numerasasi di sekolah. Untuk mengungkapnya melalui pertanyaan; 1) Apa saja program literasi di sekolah? 2) Bagaimana program pembiasaan literasi di sekolah? 3) Bagaimana program sekolah untuk literasi guru? 4) Unsur apa saja yang dilibatkan dalam giat literasi sekolah? 5 ) Upaya apa saja yang dilakukan agar anak keranjingan membaca?
Keempat. Pemanfaatan platform pembelajaran. Untuk mengungkapnya melalui pertanyaan; 1) Media atau platform digital apa saja yang dapat dilibatkan? 2) Bagaimana cara menggunakannya dalam pembelajaran? 3) Bagaimana cara meningkatkan kompetensi gutu terkait platform digital? 4) Tantangan terbesar dalam penggunaan platform digital?
Keempat parameter mampu memacu dan memicu untuk menguak implementasi literasi dan numerasi di sekolah. Dalam waktu yang singkat, mereka berjibaku menguliti upaya yang telah dilakukan. Masing-masing kelompok memiliki kemampuan yang beragam cara menguaknya. Walhasil, hasil kerja kelompok yang bebeda dipresentasikan ke kelompok lain dengan teknik karya kunjung. Masing-masing kelompok berkesempatan presentasi sampai tiga kali.
Sebagai refleksi, mereka dapat menjelaskan beberapa program kegiatan yang perlu dipertahankan. Mengapa? Menurut mereka banyak program kegiatan yang berdampak pada peningkatan kompetensi literasi dan numerasi anak, misalnya; Pemanfaatan berbagai platform pembelajaran, kegiatan observasi, presentasi, diskusi kelompok, dst. Mereka juga dapat menjelaskan beberapa program kegiatan yang perlu ditingkatkan. Mengpa? Karena masih bisa lebih baik lagi, misalnya; Pembiasaan membaca senyap selama 15 menit sebelum pembelajaran, pelibatan perpustakan dalam memberikan akses belajar, memperjelas langkah-langkah pembelajaran yang melatihkan literasi dan numerasi, pemanfaatan medsos, dsb. Mereka juga dapat menjelaskan program kegiatan yang perlu dikurangi. Mengapa? Mungkin tidak banyak manfaatnya, misalnya; budaya ngobrol, ngerumpi (Bhs. Jawa, ngobrol tanpa tujuan), menggunakan metode monoton, pembelajaran tegang, tidak menyenangkan, dst. Mereka juga dapat program kegiatan yang perlu dihilangkan. Mengapa? Mungkin kegiatan berakibat perundungan, intoleransi, SARA, misalnya; memarahi anak di depan kelas, menggojlok (membuilly) anak di depan kelas, memberikan hukuman yang tidak relevan, dst.
Bersyukur, SMKN 1 Jiwan Madiun berhasil merefleksikan apa yang telah diupayakan sehingga mampu melihat dengan menggunakan parameter di atas sebagai deteksi dini capaian yang telah diperjuangkan. "Jangan lelah berinovasi mencari solusi. Kita tidak pernah tahu inovasi yang mana yang berdampak luas dan inivasi mana, Allah SWT Allah rida.*
Gresik, 20 Nopember 2024
_Jika artikel ini bermanfaat dapat dibagikan ke yang lain._Semoga menjadi amal jariyah kita. Allahumma aamiiin_
Post a Comment for "SMKN 1 JIWAN MADIUN BERHASIL MEREFLEKSIKAN UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI LITERASI DAN NUMERASI (1)"