APAKAH _DEEPER LEARNING_ MENJADI PENGGANTI KURIKULUM MERDEKA?
Oleh: Marjuki
Universitas Qomaru
ddin Gresik
Fasilitator Program Sekolah Penggerak
Prof. Dr. Abdul Mu'ti, M.Ed., resmi menjadi Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah dalam Kabinet Merah Putih. Ketika ditanya wartawan terkait pergantian kurikulum baru. Dijawab dengan santai, kurikulum yang ada akan dievaluasi secara komprehensif dan akan menerapkan _deeper learning._ Masyarakat sudah panik, kepo dengan terminologi, *deeper learning.* Sekalipun pak Mendikdasmen tidak menyatakan secara eksplisit pergantian kurikulum, tetapi sudah mencuat pro-kontra yang hebat, bahkan gaduh.
Sekarang muncul dua terminologi, yaitu _*deep leaening*_ dan _*deeper learning.*_ Dua konsep ini sering diucapkan oleh para pejabat dan oleh kita sendiri. Sebenanya mana yang benar? *Keduanya sama benarnya, tetapi konsepnya, fokusnya, aplikasinya, pendekatannya, dan _output_ nya berbeda.*
Konsep *_deeper learning_* menggelinding cepat bak bola salju. Belum menjadi keputusan sudah memantik banyak pertanyaan. _Deeper learning_ bukanlah kurikulum, melainkan pendekatan. Secara *konseptual* _deepeer learning_ merupakan pendekatan pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah, kolaborasi, komunikasi, pembelajaran mandiri, dan penerapan pengetahuan pada situasi nyata.
*Fokus,* pembelajaran _deeper learning_ berorientasi pada pengembangan keterampilan abad ke-21 dan kemampuan untuk memahami konsep secara mendalam, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan pengetahuan. Pertanyaannya, pembelajaran seperti apa yang menjadikan peserta didik dapat menghubungkan dan menerapkan pengetahuan?
Secara *aplikasi,* pembelajaran _deeper learning_ digunakan dalam konteks pendidikan formal untuk memastikan peserta didik tidak hanya menghafal informasi tetapi benar-benar memahami dan dapat menggunakannya pengetahuan tersebut. *Pendekatan,* pembelajaran _deeper learning_ melibatkan metode pembelajaran aktif, seperti pembelajaran berbasis projek, diskusi kolaboratif, dan pembelajaran berbasis masalah. *Output* pembelajaran _deeper learning_ menjadikan peserta didik yang memiliki kemampuan adaptasi dan siap berkontribusi dalam dunia nyata. Pertanyaannya, pembelajaran sepeti apa yang dapat menjadikan peserta didik memiliki kemampuan beradaptasi dan berkontribusi dalam dunia nyata?
Bagaimana dengan _*deep learning?*_ Secara *konsep,* _deep learning_ merupakan cabang dari kecerdasan buatan _(artificial intelligence, AI)_ yang menggunakan jaringan saraf tiruan _(neural network)_ untuk mempelajari pola dari data dalam jumlah besar. *Fokus,* _deep learning,_ yaitu berorientasi pada pembelajaran mesin yang memungkinkan komputer untuk memproses, menganalisis, dan membuat prediksi berdasarkan data kompleks. Secara *aplikasi,* _deep learning_ digunakan dalam teknologi seperti pengenalan wajah, pengolahan bahasa alami (Natural Language Processing, NLP), pengenalan suara, analisis gambar, kendaraan otonom, dan lain-lain. *Pendekatan,* _deep learning_ melibatkan algoritma yang meniru cara kerja otak manusia dengan lapisan jaringan saraf yang mendalam untuk menemukan pola dalam data. _*Output,*_ menghasilkan sistem yang dapat *belajar sendiri* dari data tanpa perlu diprogram secara eksplisit.
Dari perbedaan kedua terminologi di atas dapat diambil benang merahnya, bahwa *deeper learning*_ berfokus pada manusia, terutama peserta didik untuk membangun keterampilan berpikir mendalam, aplikatif, dan kontekstual. Sedangkan _*deep learning*_ berfokus pada teknologi, yaitu komputer untuk memproses data kompleks dengan menggunakan jaringan saraf tiruan. *Keduanya* memiliki elemen *medalam,* tetapi dalam domain dan tujuan yang sangat berbeda.
Dengan demikian terkait kurikulum, kita hendaknya memulai membiasakan mengucap _*deeper learning*_ daripada _*deep learning.*_ Yang lebih penting lagi bagaimana pembelajarannya? Yang perlu diketahui oleh kita, bahwa sudah lama mengenal terminologi; _meaningful, mindful,_ dan _joyful_ yang dikaitkan dengan pembelajaran _deeper learning._ Ketiga konsep tersebut bisa membuat kita kelagapan, jika betul-betul dijadikan salah satu pendekatan pembelajaran dalam kurikulum berikutnya. "Maaf jangan panik," kita harus tetap bahagia. Sekalipun kurikulumnya baru (tunggu regulasinya). Kita _wait and see._ *Apa pun kurikulumnya, kita harus tetap belajar. Kekuatan kurikulum bukan pada kurikulumnya, melainkan gurunya. Sehebat apa pun kurikulumnya, jika guru gagal memberi nyawa, maka kurikulum hanya seonggok tumpukan kertas di atas meja. Mengapa? Guru adalah hidden curriculum (kurikulum tersembunyi).*
Gresik, 28 Nopember 2024.
_Jika artikel ini bermanfaat, bisakah dibagikan ke kolega kita? Semoga manjadi amal jariyah kita. Allahumma aamiiin_
Post a Comment for "APAKAH _DEEPER LEARNING_ MENJADI PENGGANTI KURIKULUM MERDEKA?"